Senin, 28 November 2011

Close I


CLOSE
                Malam itu angin berhembus begitu kencang. Membuatnya tak bisa menahan untuk menolak pelukan lelaki yang ada dihadapannya itu. Lelaki yang saat itu mengucapkan kata-kata manis padanya, yang selalu tersenyum padanya, dan yang saat itu membuatnya terbuai dalam angannya sendiri.
Bumi terlalu bersahabat mungkin, untuk membuat suasana malam itu menjadi satu malam yang tak bisa terelakkan lagi. Kedinginan yang tak karuan lagi membuat Hyuna makin erat memeluk lelaki yang sedari tadi masih gencar-gencarnya mengumbar kata-kata manisnya, dengan bisikan lembut tepat dibalik telinga Hyuna.
Hyuna menatap lelaki itu dengan ragu. Tatapan polos itu masih mengundang sedikit rasa kasihan dari lelaki yang 10 tahun lebih tua diatasnya itu. Tapi dengan cepat lelaki itu menepis rasa kasihannya dan sejurus kemudian mengecup bibir merah Hyuna dengan lembut.
Tak ada yang menduga atau tak ada yang akan mengingini malam itu benar-benar terjadi. Tapi, bumi terlalu bersahabat kali ini, untuk memberikan moment yang tepat kepada kedua sejoli yang sedang dilanda asmara itu.
***
                Cahaya matahari terlalu menyilaukan untuk membuat Hyuna tetap terlelap. Tepat sekali. semenit kemudian, dia sudah terbangun dari tidurnya dan mengerjapkan matanya untuk beberapa saat.
                “Kakak..” kata pertama yang keluar dari mulutnya saat melihat Jo-lelaki yang semalam memberinya pengalaman yang mungkin akan menjadi penyesalannya seumur hidup-berbaring disampingnya dan saat ini sedang menatapnya lekat-lekat sambil tersenyum manis.
                “Makasih.” ucap Jo lembut lalu mengecup kening Hyuna.
                Hyuna hanya tersenyum malu tanpa tau apa maksud ucapan Jo tadi. Dia mungkin tidak mengerti atau belum menyadari apa yang sudah terjadi padanya. Tapi Hyuna tetap merasa aman berada di samping Jo, walau apapun yang Jo lakukan, Hyuna hanya bisa pasrah. Kepasrahannya mungkin sebagai ucapan terimakasihnya pada Jo. Karena Jo lah orang yang menyelamatkan hidupnya dari kejahatan keluarganya sendiri, yang sekarang tanpa ia sadari malah dilakukan oleh Jo sendiri.
                Jo bangkit dari tempat tidurnya, digendongya Hyuna-bak sepasang pengantin baru-dibawanya Hyuna ke meja makan. Disana sudah tertata rapi makanan lezat dan juga sepiring saus cokelat kesukaan Hyuna yang dihiasi dengan potongan strobery dipinggirnya.
Tidak bisa dibilang hidangan biasa. Hidangan itu dibuat khusus oleh Jo sendiri, yang dulu sempat menjadi koki handal di resoran ayahnya. Semuanya disiapkannya sebelum Hyuna terbagunkan oleh sinar matahari.
                “Aaah.. kakak yang masak semua ini?” tanya Hyuna dengan kagumnya.
                “Hmm..” jawabnya sambil mengangguk. “Semuanya untuk Hyuna.” Kali ini kata-katanya terdengar tidak seperti biasa, yang terlalu cuek dengan pertanyaan-pertanyaan Hyuna. Mungkin karena semalam..
                Mereka melahap makanan mereka dengan sesekali berpandangan. Hyuna yang sangat rakus dengan saus cokelat itu, tidak memperdulikan Jo yang dari tadi memandanginya dengan sesekali tersenyum lucu melihat tingkah Hyuna.
Jo melihat Hyuna tidak seperti biasanya. Bukan tatapan kepada adiknya lagi. Tapi, kali ini tatapan itu dipenuhi dengan cinta. Entah itu cinta semu semata atau memang itu nyata. Jo sendiri belum menyadarinya.
                “Kakak lihat apa?” tanya Hyuna polos. Dengan bola matanya yang bulat hitam-gelap itu membuat Jo tenggelam didalamnya. “Kakak!” sentak Hyuna.
                “Eh, apa sayang?” kali ini Jo tak malu lagi mengatakan sayang pada Hyuna. Meski itu kata yang sering didengar Hyuna, tapi kali ini rasanya berbeda. Karna kata itu keluar dari mulut seorang Jo.
                Hyuna diam lagi. Dia menatap kebawah. Entah apa yang dilihatnya, tapi sepertinya dia gugup.
                “Hyuna..” panggil Jo lembut. Jo menyadari kecanggungan diantara mereka.
                “Aa..” Hyuna mengangkat kepalanya. Kali ini dengan tatapannya yang selalu sanggup membuat Jo tenggelam di mata hitamnya itu.
                “Ah..” kali ini Jo menggelengkan kepalanya agar tak tenggelam lagi didalam tatapan Hyuna. “Hyuna.. aku mau kamu percaya sepenuhnya sama aku.” sambil menggenggam tangan Hyuna. Jo mencoba untuk tidak membuat wanita yang dicintainya itu merasa resah dengan ucapannya.
Hyuna mengangguk. Dia sudah cukup dewasa dalam waktu semalam untuk memahami kata-kata Jo.
“Kau tau..aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Dan sekarang, aku janji akan selalu menjaga kamu, Hyuna. Apapun yang terjadi, aku mau kamu mempercayaiku..sepenuhnya.” kali ini kata-kata Jo membuat Hyuna meneteskan air matanya.
                Pagi itu mungkin jadi pagi paling romantis bagi mereka berdua. Benar saja, sebelum pergi berjalan-jalan dengan Hyuna, Jo merias Hyuna, seperti yang biasanya dilakukannya.
                “Hyuna mau dikepang?” tanya Jo lembut, yang dibalas dengan anggukan Hyuna.
Jo pun mengepang rambut ikal Hyuna yang kini sudah sepanjang bahunya.
“Waa..Hyuna, rambut Hyuna ternyata udah panjang ya.” Sedikit terkejut Jo. Karna selama ini dia tidak pernah memperhatikan perkembangan Hyuna.
                Setelah selesai meriasi Hyuna, mereka pergi berjalan keluar dari Motel, tempat dimana semalam mereka menginap. Cuaca diluar sangat menyegarkan. Bunga-bunga baru saja bermekaran. Sisa hujan semalam pun menambah kesejukan pagi itu. Ditambah dengan perasaan yang ceria. Lengkaplah sudah.
                Mereka berjalan dengan sesukanya, seakan dunia milik mereka berdua. Tak ada yang menyadari perbedaan umur mereka. Mungkin, itu karna tubuh jangkung Hyuna yang menutupi perbedaan tinggi mereka dan juga wajah baby face Jo yang menjauhkan julukan wajah maskulin dari dirinya.
Mereka sangat bahagia, sampai satu telepon membuat Jo harus berbalik arah dan kembali ke motel. Bukan kabar buruk yang membuatnya mengemasi barang mereka segera dan berangkat pulang. Malah ini kabar yang paling membahagiakannya. Dia akan menyutradarai 1 film. Ya, film perdananya yang dipercayakan sepenuhnya ditangannya.
Itu juga merupakan kabar yang membahagiakan bagi Hyuna. Karena itu artinya, dia akan kembali kepekerjaanya sebagai seorang model. Ya, pekerjaan yang selalu membuatnya bahagia.
                “Maaf.” Kata Jo. Jo merasa menyesal, meskipun mereka pergi bukan karena alasan yang buruk. Tapi dia merasa perlu meminta maaf.
                “Ah, tidak apa. Aku juga senang bisa pulang. Karena pekerjaan juga sudah menunggu kita, bukan?” balas Hyuna santai.
                “Oh, berarti kau sebenarnya tidak senang pergi denganku?” tanya Jo dengan mengerutkan dahinya. Tak percaya, Hyuna bersikap biasa saja malah senang karena mereka akan pulang. Meskipun sebenarnya dia tau Hyuna paling tidak bisa dipisahkan dari pekerjaannya.
                “Aa.. bukan begitu. Kakak seperti tidak tau Hyuna. Hahah..” Hyuna mulai tertawa kecil.
                “Ya..aku sangat mengenalmu. Ahahaa..” mereka pun malah tertawa dan becanda sepanjang perjalanan.
***
                “Aish..” Hyuna mengeluh. Direbahkannya tubuhnya diatas sofa parabola diruang kerjanya. Diangkatnya tangan kirinya, melihat arloji yang sudah menunjukkan pukul 12 malam, Hyuna mulai resah.
Sudah 2 minggu terakhir ini Jo sering pulang malam. Tapi, biarpun disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, mereka masih bisa tetap mesra dan selalu menghabiskan waktu bersama setiap akhir minggu.
                Hyuna berjalan ke arah pintu ruang kerjanya yang sekaligus kamarnya. Dia sedikit goyang. Hyuna merasakan sakit dikepalanya. Mungkin dia terlalu lelah, seharian penuh bekerja. Tapi, Hyuna memaksakan dirinya turun kebawah untuk menunggu Jo pulang. Kali ini dia juga berniat menunggu sambil menonton TV seperti biasanya.
                Dilihatnya ruang tamu begitu lengang. Entah mengapa, kali ini perasaan Hyuna begitu ringan. Dia seakan diputar hingga pandangannya berbalik, dari atas ke bawah. Dia melihat seseorang berjalan menuju kearahnya. Tapi yang dilihatnya hanya kakinya. Seorang pria. Ya, mungkin itu Jo, pikirnya. Dan ternyata benar itu Jo.
                Jo menunduk dan memanggili nama Hyuna berkali-kali. Tapi, pandangan Hyuna sudah menghitam dan pendengarannya perlahan lenyap, dia tak sadarkan diri.
***
“Hyunaa..!” Jo berteriak sambil berlari menggendong tubuh Hyuna yang tergulai lemas. Darah yang tadi keluar dari hidungnya mulai mengering. Tubuh Hyuna makin terlihat pucat.
                Jo masih menunggu diluar ruang IGD. Tampangnya berantakan. Masih terbayang dibenaknya kejadian beberapa waktu yang lalu.
Saat itu dia pulang dan dengan malas merebahkan tubunya diruang tamu. Saat itu pukul 12 malam lewat, saat dia mendengar langkah berat seseorang menuruni anak tangga rumahnya. Dia tau itu Hyuna. Tapi tak seperti biasanya, karena terlalu lelah Jo enggan untuk bangkit dan menyapa Hyuna. Dia membiarkan Hyuna menghampirinya. Karena dia merasa sangat lelah saat itu.
Bukan waktu yang lama untuk menuruni anak tangga dan menghampiri Jo.Tapi, Hyuna tak juga menghampirinya. Jo pun berusaha bangkit. Dan didapatinya Hyuna yang berdiri dengan wajah pucat di samping pegangan tangga sambil bertopang pada pegangan itu. Hyuna sempat tersenyum tipis sebelum ia tergulai lemas dan akhirnya jatuh ke lantai.
Saat itu jantung Jo rasanya hampir copot. Dihampirinya Hyuna, dan coba membangunkannya. Tapi, Hyuna yang masih setengah sadar berkomat-kamit tak menentu dan seketika darah keluar dari hidungnya, lalu kesadarannya hilang sepenuhnya.
                “Akkh!” kali ini Jo memaki dirinya dalam hati. Apapun yang terjadi pada Hyuna, kali ini benar-benar karena kelalaiannya. Kalau saja tak mengabaikan Hyuna, mungkin tak akan terjadi seperti itu.
                “Keluarga Hyuna?” seorang dokter keluar dari ruang IGD.
                Melihat dokter itu, Jo langsung bangkit. Dokter itu mengatakan sesuatu tentang kondisi  Hyuna. Jo terlihat sedikit kaget. Tapi kemudian raut wajahnya kembali datar. Dokter itu pun membawa Jo ke ruangannya. Sepertinya ada sesuatu yang serius yang perlu dibicarakan mereka.
***
                “Aisshh..” kali ini Hyuna menggeluh panjang. Lagi-lagi sinar matahari membuatnya terbangun. Matanya masih terasa berat. Masih sedikit pusing dirasanya.
                Jo datang, langsung menutup tirai untuk menghalangi sinar matahari masuk. Dia langsung duduk disebelah Hyuna yang masih terbaring lemah.
Dilihatnya Hyuna yang tangannya masih diimpus. Sedikit kasihan tapi juga lega, karena Hyuna bisa dipindahkan kerumah.
                “Apa ini kak?” tanya Hyuna yang keheranan dengan kondisinya sendiri.
                Jo pun menceritakan semuanya pada Hyuna dan berkali-kali meminta maaf. Tapi seperti biasa, Hyuna hanya tersenyum sambil meyakinkan Jo kalau semuanya baik-baik saja. Keraguan telihat dari wajah Jo saat mendengar Hyuna mengatakan semuanya baik-baik saja. Karna lebih dari yang Hyuna tau, Jo sudah tau sesuatu yang akan memberatkan Hyuna nantinya. TAPI Jo enggan memberitahu Hyuna.
                “Hyuna, mulai sekarang jangan pergi kerja lagi. Aku sudah membatalkan semua jadwalmu. Mulai sekarang tidak ada lagi show, iklan atau apapun. Kau harus tetap dirumah. Maaf, tapi aku hanya bisa melakukan ini untuk menjagamu. Bisa kan kau tetap dirumah?” Jo memohon dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia memang tulus, tak mau sesuatu terjadi lagi kepada Hyuna..atau mungkin tak mau sesuatu yang lebih parah terjadi padanya.
                “Ya..aku akan menurut kata kakak.. Aku percaya kakak.” Hyuna sepenuhnya percaya pada Jo. Dia pun tau Jo sangat menyayanginya dan dia pikir tidak ada salahnya berhenti. Toh, dia tetap bisa hidup dengan memakan gajinya yang terkumpul selama ini.
                Jo pun memeluk erat Hyuna. Hyuna tak bisa melihat air mata Jo jatuh. Jo menangis. Entah untuk alasan apa, tapi diwajahnya tersirat keraguan sekaligus kebahagiaan.
***
                Akhir-akhir ini Jo sangat sibuk dan hampir tidak bisa meluangkan waktu bersama Hyuna. Tapi kelihatannya Hyuna baik-baik saja. Kini Hyuna bisa mengalihkan perhatiannya pada pekerjaan barunya sebagai penulis lepas. Tulisannya yang kebanyakan tentang romantisme dan pertualangan sudah mulai membanjiri dunia maya dan beberapa majalah remaja.
Meskipun sibuk, Hyuna masih tak bisa mengalihkan ataupun melupakan dunia modelingnya. Sesekali dia kabur dari rumah saat Jo shoting di luar kota, untuk mengikuti beberapa pemotretan dan sesekali Show dadakan-saat ada yang memanggilnya. Entah mengapa, Hyuna tak bisa sepenuhnya percaya pada dirinya sendiri, kalau dia akan baik-baik saja tanpa berjalan di atas catwalk.
                Hyuna melirik jadwal Jo dimeja kerja Jo. Dilihatnya hari ini Jo akan pulang pagi. Hyuna tertawa dalam hati. Karena sangat bertepatan. Hari ini juga dia dipanggil untuk tampil sebagai model utama di acara launching butik teman baiknya Onnie. Dia dihubungi langsung oleh Onnie. Tanpa berpikir panjang, Hyuna menelepon 1 armada taxi untuk datang menjemputnya.
Tapi saat belum berangkat, Hyuna tak sengaja melihat laptop Jo yang masih menyala dan sudah hampir low, terletak begitu saja diatas tempat tidurnya.
Penasaran Hyuna mulai muncul, dicargernya laptop itu sambil membukanya. Hyuna tau password Jo. Begitupun Jo yang tau password laptop milik Hyuna.
                Begitu dibuka, muncul walpeper gambar Hyuna dan Jo saat bersepeda di jalanan pertanian Paman Ong, paman Jo. Saat itu keponakan Jo yang menggambil gambar mereka.
Waktu itu Hyuna masih terlihat seperti anak kecil yang sangat bahagia. Tawanya masih tulus sama seperti sekarang. Hyuna sempat terpukau dengan gambar itu, sebelum kemudian ia membuka beberapa icon yang berjudul ‘action!’
                Didalam file itu ada beberapa liputan adegan film yang disutradarai Jo. Sempat terlihat olehnya seorang model perempuan cantik yang tak asing lagi baginya. Shilva! Batinnya. Hyuna hampir saja membalikkan laptop itu sesaat setelah tau siapa yang dilihatnya itu.
Ya! Tidak salah lagi! Itu Shilva, sepupunya Hyuna. Yang pernah mencelakai Hyuna saat berusia 7 tahun. Saat itu dia ingin membunuh Hyuna, karna Hyuna merebut semua perhatian keluarga Shilva. Termasuk juga kedua orang tua angkat Shilva. Mereka sangat menyayangi Hyuna.
Dan yang paling parahnya, Shilva juga yang membantu ayah angkat Hyuna untuk menenggelamkan dia. Saat itu Hyuna tak bisa berenang. Sama sekali tidak bisa. Tapi untung saat itu ada Jo yang tak sengaja lewat ditepi pantai. Melihat Hyuna yang hanyut terbawa arus, Jo langsung membawanya kerumah sakit dan sampai sekarang menjaga Hyuna.
Tapi, melihat Shilva ada di filmnya Jo. Hyuna tak kuasa lagi. Rasanya dia ingin membunuh Shilva. Karna dia tau. Saat ada Shilva, semua kepunyaannya akan direbut.
                Hyuna mencoba mengalihkan perhatiannya dengan membuka adegan yang lain. Tetapi semakin dibukanya, semakin banyak gambar Shilva yang membuatnya makin takut sesuatu akan terjadi.
Adegan terakhir yang dibukanya begitu aneh. Suasananya tidak seperti saat shoting. Sepertinya kameranya masih menyala tanpa ada yang tau.
Disana dilihatnya Shilva berjalan kearah kamera, yang mungkin tempat Jo berada.
                “Hai Pak Sutradara..” sapa Shilva dengan nada manja. Betul saja sutradara yang dimaksudnya adalah Jo. Tapi Jo tak menjawab apapun. Sepertinya dia mengabaikan Shilva. Senyum tipis muncul diwajah Hyuna.
                “Mr. J, kuharap kau jangan terlalu acuh. Karena lama-kelamaan kau akan bertekuk lutut padaku.” Suara Shilva terdengar mengancam. Tapi badannya tidak terlihat lagi di kamera.
                “Apa maksudmu?” Jo mulai buka suara.
                “Tak ada. Kau pikir saja sendiri. Lihat siapa yang sedang tertawa riang bersamamu itu. Apa kau mengenalnya? Lebih dari kau, aku tau siapa dia. Dan jangan harap kau bisa lepas dariku. Mungkin aku tidak kenal kau, tapi aku bisa membuatmu menyesali penolakanmu kemarin dan mungkin mengubahnya secepat mungkin.” Suara Shilva terdengar semakin menjijikkan ditelinga Hyuna.
                “Huh! Kau tau. Apa yang kau tau bukan urusanku. Dan jangan campuri kehidupanku. Aku peringatkan kau, jangan campurkan urusan kerjaan dengan pribadi. Kuharap kau mengerti!” Jo terdengar seperti membentak Shilva.
                Hyuna tak mengerti apa yang terjadi. Setelah percakapan itu, kameranya goyang. Sepertinya ada yang menggeser kamera itu. Dan lalu, kamera itu mati.
Hyuna terdiam. Masih tak percaya. Apa yang didengarnya belum bisa dicernanya dengan baik.
                ‘Tiiit...!’ kelekson terdengar sangat nyaring dari luar. Itu Taxi yang ditelepon Hyuna tadi. Diabaikan Hyuna semua yang dilihatnya tadi. Lalu dia pergi berangkat.
***
                Hyuna terus memandang kosong keluar jendela. Enatah apa yang dipandanginya, mungkin bekas-bekas hujan yang masih membasahi jalan.
                “Yuna..” panggil Onnie. Dia tau Hyuna sedari tadi sama sekali tidak menikmati pestanya. Tapi, siapa yang tak kenal Hyuna. Apapun masalahnya, dia bisa selalu membuat seolah-olah semuanya baik-baik saja. Senyumnya terlalu manis untuk membutakan mata yang melihat keterpaksaannya.
“Yunaaa..!” kali ini Onnie menepuk meja tempat Hyuna merebahkan kepalanya.
                “Yaa..” sahut Hyuna lemah sambil mengangkat kepalanya, menatap Onnie dan lagi dengan senyum terpaksa itu.
                “Yuna, ada masalah apa? Akhir-akhir ini kau terlihat tidak bersemangat. Apalagi malam ini. Apa yang terjadi? Apa sesuatu terjadi antara kau dan Mr. J?”
                “Hmm..” Hyuna menghembuskan nafasnya panjang. “Bukan Jo, tapi Shilva.” Jawabnya lesu.
                “Apa?! Gimana bisa?” Onnie terlihat lebih terkejut dari dugaan Hyuna. “Kenapa perempuan sial itu bisa mendapatimu?” tanyanya lagi.
                “Mungkin dunia ini terlalu sempit untuk dibagi dengnnya. Aku pun bingung, kenapa dia ada di filmnya Jo.”
                “Apa? Dia juga mengenal Jo-mu?”
                “Ya.. aku jadi kawhatir semuanya tidak seperti yang kubayangkan. Kau tau kan?”
                “Ya Yuna.. aku tau betul. Kau tenang saja. Aku akan mengurus semuanya. Akan kucari tau kenapa dia berbuat sejauh ini dan apa yang dicarinya. Kau tenang saja.” Hibur Onnie
                “Terimakasih Onnie.” Seulas senyum yang kini benar-benar tulus terlukis indah diwajah Hyuna.
                Tak lama kemudian beberapa gerombolan orang masuk kedalam kafe tempat Hyuna dan Onnie berbincang dari tadi. Beberapa orang diantaranya dikenal Hyuna. Mereka adalah rekan kerja Jo, dan selebihnya mungkin orang-orang baru yang belum sempat dikenal Hyuna, karna sudah lama sekali Jo tidak membawa Hyuna shoting bersamanya.
Orang-orang itu mengambil tempat tepat dibelakang bangku Hyuna. Mereka melihat Hyuna tapi mungkin tidak mengenalinya karna penampilan Hyuna yang serba hitam.
                “Yuna, kau mengenal mereka?” bisik Onnie yang melihat Hyuna begitu memperhatikan gerak-gerik gerombolan yang sekarang duduk dibelakang mereka/
                “Hmm..teman Jo.” Balasnya dengan bisikan juga.
                Beberapa orang dari gerombolan itu sedang berbincang satu sama lain. Ada sebagian yang berbincang tentang shoting film yang digarap Jo. Dan percakapan yang memanaskan kuping Hyuna pun dimulai.
                “Eh, menurutmu berapa lama Mr. J itu tahan bekerja sendiri seperti ini?” kata seorang pemuda pada temannya. Semua orang dari gerombolan itu terlihat begitu serius saat nama ‘Mr. J’ dibicarakan.”
                “Aku tidak tau. Mungkin tidak lama lagi.”kata seorang yang usianya hampir kepala 4. Dia Sehn, sang kameramen.
“Kalau aku, sudah kuterima saja tawaran Shilva. Selain manfaatnya promo film kita sudah terjamin, hmm..kalian taulah berikutnya. Hahahaa..” serentak mereka tertawa dan saing pandang satu sama lain.
                “Maksudmu kita nikahkan saja mereka itu? Haha..”
                “Iya. Aku setuju. Mr. J yang terlalu dingin itu memang pantasnyadengan Shilva yang ramah dan ‘wah’ itu. Hahaha..”
                Amarah Hyuna sudah meledak-ledak didalam hatinya. Ingin dibalikkannya saja meja yang ada didepannya mendengar percakapan orang-orang itu.
                “Ayo pergi dari sini.” Ajak Onnie, yang sama tak tahannya melihat raut marah sahabatnya itu.
                “Tunggu.” Dilepaskan Hyuna genggaman tangan Onnie.Onnie yang sudah berdiri pun duduk kembali.
                “Ah..dengar-dengar mereka itu sudah pernah..” seorang terdengar berbisik pada teman disebelahnya yang tepat dibelakang Hyuna.
                “Apa kau bilang?!” seoarang temannya tak terima dengan pernyataan temannya tadi.
                “Iya.. itu benar. Aku pernah melihat Mr. J keluar dari apartemen Shilva. Mereka sering lagi pulang bersama. Bahkan hampir setiap shoting, Shilva diantar  pulang keapartemennya.” Kali ini Sehn yang bersaksi pada satu gerombolan itu dan membuat mereka tercengang tak percaya.
                ‘Sial’. Batin Hyuna. Kali ini Hyuna sendiri yang membanting mejanya sambil berdiri. Seisi kafe melihatnya dengan pandangan heran. Dengan cepat Hyuna meninggalkan kafe dan memanggil taxi lalu menaikinya tanpa mempedulikan Onnie yang dari tadi memanggilinya.
                Lagi-lagi Hyuna melempar pandangannya keluar jendela. Sepanjang jalan yang dilihatnya hanyalah sisa-sisa hujan yang masih membasahi jalanan. Dia berharap hujan turun dengan lebatnya sehingga mengalahkan ketakutannya akan Shilva.
***
                Langkahnya masih lemah. Masih terbayang dipikirannya apa yang mungkin sudah dilakukan Jo dan Shilva. Kali ini Hyuna meragukan Jo. Karna dia tau siapa Shilva.
                “Darimana?” tanya Jo yang sudah lama duduk menunggu di ruang tamu.
                “Ah.. kau sudah pulang?” Hyuna malah balik bertanya. Dia heran melihat Jo pulang secepat itu.
                “Jangan alihkan pembicaraan. Dari mana saja?” tatap Jo sinis.
Hyuna membatin. ‘Inikah Jo yang selama ini kukenal? Bicara dengan tatapan seperti itu?’. Mata Hyuna melihat sekelilingnya. Bukan tidak menghiraukan Jo, tapi… air mata itu hampir jatuh membasahi pipinya. Dia mulai takut. Satu per satu hal buruk yang paling ditakutinya mulai terjadi.
                “Hyuna..” Jo berdiri, kawhatir dia melihat Hyuna. “Kau tidak apa-apa?” nada suaranya yang terdengar kawhatir itupun tak bisa menahan air mata Hyuna untuk tak jatuh. “Hyuna kau menangis?” Jo terdengar semakin kawhatir. “Ah..Hyuna aku hanya ber..”
                “Sudahlah. Tak perlu jelaskan apapun. Hyuna memang salah. Maaf membuatmu kawhatir atau lebih dari itu. Kupikir mulai sekarang kakak tak perlu kawhatir lagi denganku, aku sudah dewasa.” Hyuna menyela Jo, sebelum sempat Jo menjelaskan kalau dia hanya bercanda dan berlalu pergi.
                “Ah…” Jo mengejar Hyuna yang berlari cepat keatas. Sebelum sempat mengunci kamar, tangan Hyuna ditarik oleh Jo dan Jo menggendongnya turun kebawah, meski sedikit sulit karna Hyuna melawan.
                “Ini.” Kata Jo saat sampai didepan meja makan dan mendudukkan Hyuna di kursi.
“Aku menyiapkan ini semua. Aku gak tau mau ngasinya gimana, cara biasa rasanya bosan. Jadi aku coba becandain Hyuna, tapi emang dasar gak bisa becanda.. Hyunanya jadi salah paham .” Jelass Jo panjang lebar sambil tersenyum bodoh.
                “Aaaa..” Hyuna makin nangis menjadi-jadi. Bukan karna sedih, tapi karna malu, dan terharu.
                “Ah..Hyuna udah ya nangisnya. Aku lapar, makan aja ya, baru kalau mau nangis, nanti aja lanjutnya.” Canda Jo.
Mereka pun menyantap dinner romantic mereka. Tanpa beban tentunya.
Hati Hyuna kini tenang. Setidaknya untuk saat ini.
***
                “Iya Hyuna. 15 menit lagi aku sampai. Ya..dah.” Onnie menutup teleponnya. Dia akan membuka pintu mobilnya saat sebuah pemandangan tak menyenangkan membuatnya terpaku untuk sejenak.
                Shilva dan Jo. Mereka berjalan berdua. Kelihatannya mesra. Shilva menyandarkan kepalanya dibahu Jo sambil merangkul leher Jo. Dan yang paling menjijikkannya lagi, Shilva berhenti dan mencium bibir Jo dengan sangat bernafsu. Dan apa? Jo hanya diam. Lalu mereka masuk ke dalam apartemen dan hilang dibalik pintu kayi itu.
                Onnie masih diam. Dia tak tau yang dilihatnya tadi apa. Bukan tak tau, tak percaya tepatnya. Ditamparnya pipinya, dan ‘sakit’. Dia berjalan keparkiran di depan apartemen itu. Dan terang saja Onnie makin sulit percaya, saat melihat plat nomor mobil silver yang tadi dinaiki Jo dan Shilva. ‘Mobil Jo’ gumamnya.
                “Hyunaaa….” Onnie memanggil-manggil dari luar sambil terus mengetoki pintu Hyuna.
                “Aaa… jangan teriak-teriak disini. Ada apa sih? Masuk dulu.” Hyuna yang keluar terlihat heran akan tingkah Onnie sahabatnya itu.
                “Hyuna.. ka-amu passti gaak akan per-ca-ya ka-kalau aku cer-ertain ini.” Buka Onnie dengan nafas yang masih memburu.
                “Pelan aja ya.. tarik nafas.. buang. Tarik..buang..” canda Hyuna tapi malah diikuti Onnie.
                “Ah..serius. Ini tentang Jo.” Onnie mulai terlihat serius.
                “Ah, apa sih? Serus banget.” Hyuna tertawa kecil sambil mencoba menghilangkan ketegangan. Hyuna seakan sudah tau apa yang akan dibicarakan Onnie.
                “Tadi aku lihat Jo dan..” Onnie menahan nafasnya sejenak. “Jo dan Shilva.” Sekali lagi, ditahan Onnie nafasnya, lalu kemudian kembali bercerita. “aku tadi lihat, Shilva berangkulan dengan Jo. Mereka mesra sekali, dan Shilva menciumi Jo. Lalu mereka menghilang, masuk ke dalam apartemen.” Jelas Onnie.
                Hyuna hanya diam. Terpaku atau apalah. Tampangnya tak terkejut sama sekali, seakan tau ini semua akan terjadi. Tapi mungkin tak sejauh ini.
                “Oh. Jadi Onnie ke sini hanya mau bilang itu ke Hyuna?”
                “Ha?” Onnie heran melihat sahabatnya itu. Tak ada ekspresi apapun. Mungkin bukan heran dia, tapi lebih ke takut. Takut, kalau berita yang dibawanya membuat sahabatnya gila dalam sekejap.
                “Ya. Pulanglah kalau sudah selesai. Mungkin Onnie perlu refreshing. Santailah. Jangan terlalu serius dengan hubunganku dan Jo. Hyuna tau, akhir-akhir ini kami jarang berkomunikasi, tapi bukan berarti Jo.. Ah.. aku percaya sepenuhnya pada Jo-ku.” Hyuna berbalik. Entah apa yang mau dihindarinya sampai berbicarapun tak melihat Onnie lagi.
                “Apa maksudmu Hyuna? Apa kamu mau bilang kalau aku ini pembohong?” Onnie tak percaya kata-kata yang baru keluar dari mulut Hyuna, sahabatnya itu.
                “Aku tidak mengatakan seperti itu. Onnie saja yang terlalu cepat menyimpulkan. Tidak usah terlalu kawhatir dengan hubunganku. Aku hanya bilang itu.”
                “Jadi apa maksudmu? Sama saja kan? Bagaimana aku gak cemas Hyuna. Bahkan sampai sahabatmu sendiri yang melihat mereka, kau tetap gak percaya? Apa Hyuna piker aku tega membohongimu? Demi apa Hyuna?!” nada suara Onnie mulai meninggi.
                Hyuna yang membelakangi Onnie mulai meneteskan air matanya. Dia tau sahabatnya tak mungkin menipunya. Tapi dia lebih memelih untuk tidak percaya pada orang yang membuat kepercayaannya pada Jo luntur. Dia ingin selalu percaya pada Jo. Tanpa tau untuk apa? Dan walaupun hatinya sendiri ragu. Dia ingin terus percaya tanpa menghiraukan siapapun, termasuk Onnie, sahabatnya.
                “Onnie. Pulanglah. Kamu sudah selesai kan? Hyuna gak ingin diganggu.”
                “Oh. Hyuna, aku gak pernah mau memisahkan Hyuna dari Jo. Tapi, Onnie Cuma ingin Hyuna bahagia dengan pilihan yang tepat tentunya. Dan satu lagi, Onnie ke sini bukan untuk ngabarin ini. Tapi..” Onnie berhenti sejenak. Dia mulai ragu, tapi lalu tersenyum tipis dan berpura-pura bahagia. “Onnie dapat job di Amrik. Setidaknya, sebelum Onnie pergi, Onnie mau lihat Hyuna tersenyum. Tapi mungkin kita sampai disini saja. Hyuna udah bukan Hyuna yang dulu lagi. Bye, Hyuna. Take care.” Onnie pergi.
                Hyuna meringkukkan badannya di lantai, bersandar kaku pada kaki sofa. Perlahan, hayalnya mulai muncul satu per satu. Apa yang akan terjadi? Dia tidak tau. Perlahan..ya perlahan. Satu per satu dari hidupnya mulai pergi. Pergi atau dirampaskah?
                                                                               
                                                                                                                                                To be Continue....

Done Done Done ^^

Dear my Blog,

mulai hari ini, Mia bakalan mulai posting-posting cerpen-cerpen dan karya-karyaku yang paling baru disini (soookk!!!) hehe :D

        tapi, gak everyday sih. kalo ada waktu luang aja kali ya. hm... mungkin salah 1 dari 100 wishnya aku mulai terjawab satu-persatu nantinya (prok prok prok) ^^"

oke deh.. postingan yang udah duluan keluar sebelum ni tuh, naskah aku. tapi kayaknya bikin storynya aja kali ya, biar seruan sikit. kalo naskah cuma orang dengan IQ200 kayak gue ni yang bisa menghayati... HUAHAHAHHAHAAA... XD



THE END-dulu ya....
    see ya...

Jumat, 25 November 2011

Shympony Cinta Dua Dunia


SYMPHONY CINTA DUA DUNIA
                Jutaan kata bisa kau rangkai tuk ungkapkan kerinduanmu..
                Ribuan kali kau panjatkan doa tuk kabulkan inginmu..
                Seribu angsa mampu kau cipta tuk kabulkan satu pintamu..
                Ratusan lagu kau lantunkan tuk damaikan jiwamu..
                Puluhan purnama kau biarkan berlalu..
                Belasan tahun habiskan waktumu tuk menunggu..
                Satu hari yang selalu jadi impimu..
Saat langit tak lagi jadi batasan jarak kita, saat logika tak lagi jadi batasan rasa kita, dan saat tak ada batas yang harus membuat kita berbeda.”
Andai hari itu tak pernah datang...
(Sedang Apa & Dimana-Sammy S )

***
                Kami adalah para Elf yang terbuang. Diutus turun ke bumi untuk mengutuk umat manusia. Tidak semuanya. Hanya bagi mereka yang ingin menandingi kesempurnaan para Elf, manusia yang serakah akan kesempurnaan dan terlalu sombong pada diri sendiri..manusia yang selalu memberi harapan palsu, semunya pantas untuk dimusnahkan.
(Fire-Camp Rock II)
***
                Tapi... ada satu hal yang tak bisa dipungkiri,
Mereka memiliki Sesuatu yang tidak dimiliki para Elf... sesuatu yang begitu tulus yang terpancar dari mata manusia-manusia itu.. kehangatan yang terasa saat menjabat tangan mereka.. kedamaian yang terpancar dari setiap lengkung senyum mereka.
Sesuatu yang begitu sulit dijelaskan..  kenyataan yang terasa seperti ilusi.. satu rasa yang membuat kami lupa..
Rasa ini.. Apakah ini yang mereka sebut CINTA?
Rasa yang mungkin bisa membuat perbedaan itu hilang untuk sesaat. (More than Words )
***
                Senja saat itu terlalu cepat berlalu..memaksa purnama untuk menghantarkan Tn.Dark-petua Elf ke hadapan kami. (saund effect : petir)
Tn.Dark : “Saatnya hampir tiba anak-anakku. Saat penghancuran bagi manusia-manusia itu sebentar lagi akan tiba.” (Tertawa) “Dua hari lagi, kalian akan pulang kerumah, rumah bagi para Elf. Para tetua Elf akan senang melihat kalian.”
Elf(Maxsi): “apa yang kami lakukan agar kami dapat kembali ke rumah? Bukankah kami ini sudah dibuang?”
Tn.Dark : “hahaha.. penghancuran itulah yang akan membawa kalian pulang kerumah.”
Elf(Moon): “Ayah, apa maksudmu? Menghancurkan manusia-manusia? Apa masudmu teman-teman kami?
Tn.Dark: (tertawa kecil). “Anakku..” (mengelus kepala Moon) “Kematian dan kekecewaan manusia-manusia yang kau sebut teman itulah jalanmu untuk pulang kerumah.”
Elf(Voohs): “Apa tidak ada cara lain? Apa harus membunuh mereka? Mengapa?Apa salah manusia-manusia itu?”
Tn.Dark: (kesal)Kalian tidak mau?Apa kalian ingin bilang, kalau kalian sudah jatuh hati pada manusia yang akan kalian musnahkan itu?! Manusia yang begitu serakah pada kesempurnaan dan membandingkan diri dengan para Elf! Tidakkah kalian pikir, Kesombongan seperti apa yang membuat mereka mampu menyamai kita?! Ini adalah penghinaan terbesar!Mereka yang selalu memberi harapan palsu! Yang terlalu naif dengan Cinta?!Bahkan kematian mereka pun belum cukup. Mereka harus musnah dalam 2 hari!” (pergi)
***
Elf(Moon): Apa yang harus kita lakukan?”
Elf(Voohs): “Membunuh mereka.”
Elf(Maxsi): “Hey!Apa kau yakin dengan perkataanmu itu? Tidakkah kau juga mencintai manusia itu?”
Elf(Moon): “Beginikah cara Elf terhormat sepertimu membalas rasa cinta? Rasa yang sangat mulia. Beginikah Voohs?(menatap mata Voohs)
Elf(Voohs): “Apa Elf pernah diajarkan untuk saling menghargai? Cinta? Pantaskah manusia dicintai?” (membalikkan badannya) “Berkacalah. Apa kau lupa siapa kita?” (beranjak pergi)
Elf(Moon): “Apa maksudmu? Kau yang harusnya berkaca! Apa kau tak merasa menyakiti perasaan orang yang kau cintai? Apa semua ini hanya ilusi bagimu? Semudah itukah kau akan membunuhnya?”
Elf(Voohs): (berhenti) “Kuharap ini hanya ilusi. Lebih baik membunuhnya sekarang sebelum terlalu banyak kenangan yang tercipta. Kupikir akan menyakitkan jika melihat mereka mati perlahan, menua, sakit dan mati mengenaskan. Sedang kita? Masih terlalu abadi untuk merasakan apa itu kematian.” (pergi )
Elf(Maxsi): “Mungkin Voohs benar.” (pergi)
                (Moon) Jantungku seakan berhenti. Voosh benar. Tapi aku juga benar. Kuharap ini juga ilusi. Terlalu sulit untuk kuterima… membunuhnya, atau membiarkannya mati perlahan..tanpa satupun cinta yang akan selalu nyata. Tidakkah ada pilihan lain selain kematian? Sejauh inikah perbedaan Elf dan Manusia? (when you say you love me-Johs Groban)
***
                Dua Hari berlalu begitu cepat..
Voohs duduk diam. Digenggamnya sebuah pisau. Terus diperhatikannya Sun(manusia) yang dicintainya tertawa dan melambai dari kejauhan padanya. Dibiarkannya Sun menghampirinya-memberinya waktu untuk mengenang tawa itu sekali lagi.
Tn.Dark melihat dari kejauhan..tersenyum jahat dan penuh kemenangan.
                Sun datang menghampiri Voohs. Voosh ragu dan hendak pergi. Tn.Dark yang melihat keraguan itu menghampiri Voohs. (saund effect: petir)
Tn.Dark: “Voohs! Apa yang kau ragukan? Selesaikan sekarang! Sekarang!
Sun: “Ada apa ini Voosh?” (terkejut dan melihat Voohs) (Aku harus Jujur-Krispatih)
Voosh langsung menusuk perut Sun & Sun pun meninggal.
Tn.Dark: (tersenyum puas) “Bagus Voohs. Sekarang kau bisa kembali pulang.”
Voohs membuang pisaunya dan menggendong Sun lalu membawanya pergi dari hadapan Tn.Dark dengan tatapan kemarahan & kehancuran yang sangat dalam.
Tn.Dark: (memungut pisau itu sambil tertawa kecil) “Kehancuran sudah dimulai.”
***
Maxsi dan Fanny duduk berjauhan. Sesekali memandang dengan harap yang tak pasti.
Petir menyambar, Tn.Dark pun datang
Tn.Dark: “Apa yang kau tunggu lagi Maxsi? Bunuh dia sekarang.”
Fanny terperanjat, berdiri dan menjauh perlahan dari Maxsi.
Elf(Maxsi): “Tidak.(mendekati Fanny,mencoba melindunginya)
Tn.Dark: (menyodorkan pisau)”Ini..bunuh dia sekarang. Apa kau tak ingin menyusul Voohs?”
Elf(Maxsi): “Apa?! Kau ini benar-benar!” (mengepal tangannya dan marah saat tau apa yang sudah terjadi pada Voohs)
Tn.Dark: “Kalau kau menolak, aku yang akan melakukannya.” (ekspresi mengancam)
Elf(Maxsi): (menunduk pasrah & melepas tangan Fanny, menatap Tn.Dark penuh kebencian) “Coba saja kalau kau berani.”
Tn.Dark: (terlihat sedikit takut) “Kau manusia..kali ini kau kulepaskan. Tapi lihat, apapun yang kalian lakukan, kalian tak akan pernah bahagia!” (pergi)
Elf(Maxsi): “Pergilah..”
Maxsi dan Fanny hanya saling bertatapan, perlahan menjauh dan menghilang.
Di taman.. Rain menghampiri Moon yang duduk sendiri.
Elf(Moon): “Apa yang harus kulakukan lagi? Pergilah.. biarkan aku yang menanggung segalanya. Kau pergilah. Bersembunyilah diduniamu ini, sebelum ayahku menemukanmu.”
Rain: “Tak bisakah kau ikut denganku? (A whole New World)
Petir menghantarkan Tn.Dark..
(Close to you-Karen Mok)
Tn.Dark: “Moon anakku, bunuh dia! Sekarang! Sekarang!” (menodongkan pisaunya)
Elf(Moon): (mengambil pisau itu lalu melemparkannya) “Tidak Ayah! Bunuh aku juga, kalau memang harus membunuhnya.. (menggenggam tangan Rain)
Tn.Dark: “Apa kau bilang?! Apa kau tak mau menyusul Voohs dan Maxsi  pulang?”
Elf(Moon): (terdiam, memandang tak percaya)
Rain: “Biarkan kami tetap bersama” (menggenggam tangan Moon makin erat)
Elf(Moon): “Ya! Apapun yang Ayah katakan, kami akan tetap bersama!”
Tn.Dark: “Kau! (petir menyambar) baiklah! Hiduplah dengan ilusi cinta kalian. (mengarahkan tangannya-memberi batas) (petir sahut-menyahut dan hujan pun turun) Inilah batas yang tak akan pernah kalian lewati. Dengan cinta sebesar apapun, Elf dan manusia tak akan pernah menyatu!”  (pergi)
***
                Waktu terlalu lama berlalu…
Terlalu lama.. untuk ku hanya menatap matamu, tersenyum dengan harap yang tak pasti, berangan kubisa genggam tangan itu tuk sesaat saja-peluk erat tubuh itu tuk sedetik saja..
Hanya inikah yang dapat kulakukan? Memendangimu, tersenyum seakan semuanya baik..dan melihatmu perlahan melemah
                Inikah Cinta yang begitu menyesakkan?
Batas inikah yang terlalu membuatku tak berdaya.. hanya dapat melihat kepergianmu perlahan-lahan
Melihatmu selalu berkata kau mencintaiku hanya menjadi rajam bagiku
                Tak bisakah batas ini hancur? Tak bisakah?! Tak bisakah batas ini hancur?!

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
(Rain berjalan dengan tubuhnya yang hamper tak memiliki daya lagi. Menghanpiri Moon, meletakkan kedua telapak tangannya-menyentuh telapak tangan Moon… berbisik ‘Jangan menyesal karna mencintaiku..karna aku tak akan pernah menyesal pernah dan akan selalu mencintaimu’ lalu mati.)
Elf(Moon): “Raiiiiiinnn!!!” (berteriak)(hujan turun dengan lebatnya disertai petir dan angin kencang)
(Rapuh-Agnez Monica)
***
                Kini..
tak ada jutaan kata yang mampu ungkapkan kerinduanku
tak ada ribuan doa yang bisa dipanjatkan tuk dikabulkan
tak perlu lagi seribu angsa itu
bahkan ratusan lagu yang pernah kau nyayikan..puluhan purnama yang pernah kau abaikan..dan juga belasan tahunmu itu..
semuannya tak lagi bermakna
karna satu hari yang kau selalu tunggu itu..tak akan pernah datang..tak akan pernah…
                Batas waktu ini sudahlah cukup buatku mengerti..
                Cinta kita bagaikan sebuah Symphony, ya.. Symphony Cinta Dua Dunia