CLOSE
Malam
itu angin berhembus begitu kencang. Membuatnya tak bisa menahan untuk menolak
pelukan lelaki yang ada dihadapannya itu. Lelaki yang saat itu mengucapkan
kata-kata manis padanya, yang selalu tersenyum padanya, dan yang saat itu
membuatnya terbuai dalam angannya sendiri.
Bumi terlalu bersahabat mungkin, untuk membuat suasana malam
itu menjadi satu malam yang tak bisa terelakkan lagi. Kedinginan yang tak
karuan lagi membuat Hyuna makin erat memeluk lelaki yang sedari tadi masih gencar-gencarnya
mengumbar kata-kata manisnya, dengan bisikan lembut tepat dibalik telinga Hyuna.
Hyuna menatap lelaki itu dengan ragu. Tatapan polos itu
masih mengundang sedikit rasa kasihan dari lelaki yang 10 tahun lebih tua
diatasnya itu. Tapi dengan cepat lelaki itu menepis rasa kasihannya dan sejurus
kemudian mengecup bibir merah Hyuna dengan lembut.
Tak ada yang menduga atau tak ada yang akan mengingini malam
itu benar-benar terjadi. Tapi, bumi terlalu bersahabat kali ini, untuk
memberikan moment yang tepat kepada kedua sejoli yang sedang dilanda asmara
itu.
***
Cahaya
matahari terlalu menyilaukan untuk membuat Hyuna tetap terlelap. Tepat sekali. semenit
kemudian, dia sudah terbangun dari tidurnya dan mengerjapkan matanya untuk
beberapa saat.
“Kakak..”
kata pertama yang keluar dari mulutnya saat melihat Jo-lelaki yang semalam
memberinya pengalaman yang mungkin akan menjadi penyesalannya seumur
hidup-berbaring disampingnya dan saat ini sedang menatapnya lekat-lekat sambil
tersenyum manis.
“Makasih.”
ucap Jo lembut lalu mengecup kening Hyuna.
Hyuna
hanya tersenyum malu tanpa tau apa maksud ucapan Jo tadi. Dia mungkin tidak
mengerti atau belum menyadari apa yang sudah terjadi padanya. Tapi Hyuna tetap
merasa aman berada di samping Jo, walau apapun yang Jo lakukan, Hyuna hanya
bisa pasrah. Kepasrahannya mungkin sebagai ucapan terimakasihnya pada Jo. Karena
Jo lah orang yang menyelamatkan hidupnya dari kejahatan keluarganya sendiri,
yang sekarang tanpa ia sadari malah dilakukan oleh Jo sendiri.
Jo
bangkit dari tempat tidurnya, digendongya Hyuna-bak sepasang pengantin
baru-dibawanya Hyuna ke meja makan. Disana sudah tertata rapi makanan lezat dan
juga sepiring saus cokelat kesukaan Hyuna yang dihiasi dengan potongan strobery
dipinggirnya.
Tidak bisa dibilang hidangan biasa. Hidangan itu dibuat
khusus oleh Jo sendiri, yang dulu sempat menjadi koki handal di resoran
ayahnya. Semuanya disiapkannya sebelum Hyuna terbagunkan oleh sinar matahari.
“Aaah..
kakak yang masak semua ini?” tanya Hyuna dengan kagumnya.
“Hmm..”
jawabnya sambil mengangguk. “Semuanya untuk Hyuna.” Kali ini kata-katanya
terdengar tidak seperti biasa, yang terlalu cuek dengan pertanyaan-pertanyaan
Hyuna. Mungkin karena semalam..
Mereka
melahap makanan mereka dengan sesekali berpandangan. Hyuna yang sangat rakus
dengan saus cokelat itu, tidak memperdulikan Jo yang dari tadi memandanginya
dengan sesekali tersenyum lucu melihat tingkah Hyuna.
Jo melihat Hyuna tidak seperti biasanya. Bukan tatapan
kepada adiknya lagi. Tapi, kali ini tatapan itu dipenuhi dengan cinta. Entah
itu cinta semu semata atau memang itu nyata. Jo sendiri belum menyadarinya.
“Kakak
lihat apa?” tanya Hyuna polos. Dengan bola matanya yang bulat hitam-gelap itu
membuat Jo tenggelam didalamnya. “Kakak!” sentak Hyuna.
“Eh,
apa sayang?” kali ini Jo tak malu lagi mengatakan sayang pada Hyuna. Meski itu
kata yang sering didengar Hyuna, tapi kali ini rasanya berbeda. Karna kata itu
keluar dari mulut seorang Jo.
Hyuna
diam lagi. Dia menatap kebawah. Entah apa yang dilihatnya, tapi sepertinya dia gugup.
“Hyuna..”
panggil Jo lembut. Jo menyadari kecanggungan diantara mereka.
“Aa..”
Hyuna mengangkat kepalanya. Kali ini dengan tatapannya yang selalu sanggup
membuat Jo tenggelam di mata hitamnya itu.
“Ah..”
kali ini Jo menggelengkan kepalanya agar tak tenggelam lagi didalam tatapan
Hyuna. “Hyuna.. aku mau kamu percaya sepenuhnya sama aku.” sambil menggenggam
tangan Hyuna. Jo mencoba untuk tidak membuat wanita yang dicintainya itu merasa
resah dengan ucapannya.
Hyuna mengangguk. Dia sudah cukup dewasa dalam waktu semalam
untuk memahami kata-kata Jo.
“Kau tau..aku tidak akan pernah mengingkari janjiku. Dan
sekarang, aku janji akan selalu menjaga kamu, Hyuna. Apapun yang terjadi, aku
mau kamu mempercayaiku..sepenuhnya.” kali ini kata-kata Jo membuat Hyuna
meneteskan air matanya.
Pagi
itu mungkin jadi pagi paling romantis bagi mereka berdua. Benar saja, sebelum
pergi berjalan-jalan dengan Hyuna, Jo merias Hyuna, seperti yang biasanya
dilakukannya.
“Hyuna
mau dikepang?” tanya Jo lembut, yang dibalas dengan anggukan Hyuna.
Jo pun mengepang rambut ikal Hyuna yang kini sudah sepanjang
bahunya.
“Waa..Hyuna, rambut Hyuna ternyata udah panjang ya.” Sedikit
terkejut Jo. Karna selama ini dia tidak pernah memperhatikan perkembangan
Hyuna.
Setelah
selesai meriasi Hyuna, mereka pergi berjalan keluar dari Motel, tempat dimana
semalam mereka menginap. Cuaca diluar sangat menyegarkan. Bunga-bunga baru saja
bermekaran. Sisa hujan semalam pun menambah kesejukan pagi itu. Ditambah dengan
perasaan yang ceria. Lengkaplah sudah.
Mereka
berjalan dengan sesukanya, seakan dunia milik mereka berdua. Tak ada yang
menyadari perbedaan umur mereka. Mungkin, itu karna tubuh jangkung Hyuna yang
menutupi perbedaan tinggi mereka dan juga wajah baby face Jo yang menjauhkan
julukan wajah maskulin dari dirinya.
Mereka sangat bahagia, sampai satu telepon membuat Jo harus
berbalik arah dan kembali ke motel. Bukan kabar buruk yang membuatnya mengemasi
barang mereka segera dan berangkat pulang. Malah ini kabar yang paling
membahagiakannya. Dia akan menyutradarai 1 film. Ya, film perdananya yang
dipercayakan sepenuhnya ditangannya.
Itu juga merupakan kabar yang membahagiakan bagi Hyuna.
Karena itu artinya, dia akan kembali kepekerjaanya sebagai seorang model. Ya,
pekerjaan yang selalu membuatnya bahagia.
“Maaf.”
Kata Jo. Jo merasa menyesal, meskipun mereka pergi bukan karena alasan yang
buruk. Tapi dia merasa perlu meminta maaf.
“Ah,
tidak apa. Aku juga senang bisa pulang. Karena pekerjaan juga sudah menunggu
kita, bukan?” balas Hyuna santai.
“Oh,
berarti kau sebenarnya tidak senang pergi denganku?” tanya Jo dengan
mengerutkan dahinya. Tak percaya, Hyuna bersikap biasa saja malah senang karena
mereka akan pulang. Meskipun sebenarnya dia tau Hyuna paling tidak bisa dipisahkan
dari pekerjaannya.
“Aa..
bukan begitu. Kakak seperti tidak tau Hyuna. Hahah..” Hyuna mulai tertawa
kecil.
“Ya..aku
sangat mengenalmu. Ahahaa..” mereka pun malah tertawa dan becanda sepanjang
perjalanan.
***
“Aish..”
Hyuna mengeluh. Direbahkannya tubuhnya diatas sofa parabola diruang kerjanya.
Diangkatnya tangan kirinya, melihat arloji yang sudah menunjukkan pukul 12
malam, Hyuna mulai resah.
Sudah 2 minggu terakhir ini Jo sering pulang malam. Tapi,
biarpun disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, mereka masih bisa tetap
mesra dan selalu menghabiskan waktu bersama setiap akhir minggu.
Hyuna
berjalan ke arah pintu ruang kerjanya yang sekaligus kamarnya. Dia sedikit
goyang. Hyuna merasakan sakit dikepalanya. Mungkin dia terlalu lelah, seharian
penuh bekerja. Tapi, Hyuna memaksakan dirinya turun kebawah untuk menunggu Jo
pulang. Kali ini dia juga berniat menunggu sambil menonton TV seperti biasanya.
Dilihatnya
ruang tamu begitu lengang. Entah mengapa, kali ini perasaan Hyuna begitu
ringan. Dia seakan diputar hingga pandangannya berbalik, dari atas ke bawah.
Dia melihat seseorang berjalan menuju kearahnya. Tapi yang dilihatnya hanya
kakinya. Seorang pria. Ya, mungkin itu Jo, pikirnya. Dan ternyata benar itu Jo.
Jo
menunduk dan memanggili nama Hyuna berkali-kali. Tapi, pandangan Hyuna sudah
menghitam dan pendengarannya perlahan lenyap, dia tak sadarkan diri.
***
“Hyunaa..!” Jo berteriak sambil
berlari menggendong tubuh Hyuna yang tergulai lemas. Darah yang tadi keluar
dari hidungnya mulai mengering. Tubuh Hyuna makin terlihat pucat.
Jo
masih menunggu diluar ruang IGD. Tampangnya berantakan. Masih terbayang
dibenaknya kejadian beberapa waktu yang lalu.
Saat itu dia pulang dan dengan malas merebahkan tubunya
diruang tamu. Saat itu pukul 12 malam lewat, saat dia mendengar langkah berat
seseorang menuruni anak tangga rumahnya. Dia tau itu Hyuna. Tapi tak seperti
biasanya, karena terlalu lelah Jo enggan untuk bangkit dan menyapa Hyuna. Dia
membiarkan Hyuna menghampirinya. Karena dia merasa sangat lelah saat itu.
Bukan waktu yang lama untuk menuruni anak tangga dan
menghampiri Jo.Tapi, Hyuna tak juga menghampirinya. Jo pun berusaha bangkit.
Dan didapatinya Hyuna yang berdiri dengan wajah pucat di samping pegangan
tangga sambil bertopang pada pegangan itu. Hyuna sempat tersenyum tipis sebelum
ia tergulai lemas dan akhirnya jatuh ke lantai.
Saat itu jantung Jo rasanya hampir copot. Dihampirinya
Hyuna, dan coba membangunkannya. Tapi, Hyuna yang masih setengah sadar
berkomat-kamit tak menentu dan seketika darah keluar dari hidungnya, lalu
kesadarannya hilang sepenuhnya.
“Akkh!”
kali ini Jo memaki dirinya dalam hati. Apapun yang terjadi pada Hyuna, kali ini
benar-benar karena kelalaiannya. Kalau saja tak mengabaikan Hyuna, mungkin tak
akan terjadi seperti itu.
“Keluarga
Hyuna?” seorang dokter keluar dari ruang IGD.
Melihat
dokter itu, Jo langsung bangkit. Dokter itu mengatakan sesuatu tentang
kondisi Hyuna. Jo terlihat sedikit
kaget. Tapi kemudian raut wajahnya kembali datar. Dokter itu pun membawa Jo ke ruangannya.
Sepertinya ada sesuatu yang serius yang perlu dibicarakan mereka.
***
“Aisshh..”
kali ini Hyuna menggeluh panjang. Lagi-lagi sinar matahari membuatnya terbangun.
Matanya masih terasa berat. Masih sedikit pusing dirasanya.
Jo
datang, langsung menutup tirai untuk menghalangi sinar matahari masuk. Dia
langsung duduk disebelah Hyuna yang masih terbaring lemah.
Dilihatnya Hyuna yang tangannya masih diimpus. Sedikit
kasihan tapi juga lega, karena Hyuna bisa dipindahkan kerumah.
“Apa
ini kak?” tanya Hyuna yang keheranan dengan kondisinya sendiri.
Jo pun
menceritakan semuanya pada Hyuna dan berkali-kali meminta maaf. Tapi seperti
biasa, Hyuna hanya tersenyum sambil meyakinkan Jo kalau semuanya baik-baik
saja. Keraguan telihat dari wajah Jo saat mendengar Hyuna mengatakan semuanya
baik-baik saja. Karna lebih dari yang Hyuna tau, Jo sudah tau sesuatu yang akan
memberatkan Hyuna nantinya. TAPI Jo enggan memberitahu Hyuna.
“Hyuna,
mulai sekarang jangan pergi kerja lagi. Aku sudah membatalkan semua jadwalmu.
Mulai sekarang tidak ada lagi show, iklan atau apapun. Kau harus tetap dirumah.
Maaf, tapi aku hanya bisa melakukan ini untuk menjagamu. Bisa kan kau tetap
dirumah?” Jo memohon dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia memang tulus, tak
mau sesuatu terjadi lagi kepada Hyuna..atau mungkin tak mau sesuatu yang lebih
parah terjadi padanya.
“Ya..aku
akan menurut kata kakak.. Aku percaya kakak.” Hyuna sepenuhnya percaya pada Jo.
Dia pun tau Jo sangat menyayanginya dan dia pikir tidak ada salahnya berhenti.
Toh, dia tetap bisa hidup dengan memakan gajinya yang terkumpul selama ini.
Jo pun
memeluk erat Hyuna. Hyuna tak bisa melihat air mata Jo jatuh. Jo menangis.
Entah untuk alasan apa, tapi diwajahnya tersirat keraguan sekaligus
kebahagiaan.
***
Akhir-akhir
ini Jo sangat sibuk dan hampir tidak bisa meluangkan waktu bersama Hyuna. Tapi
kelihatannya Hyuna baik-baik saja. Kini Hyuna bisa mengalihkan perhatiannya
pada pekerjaan barunya sebagai penulis lepas. Tulisannya yang kebanyakan
tentang romantisme dan pertualangan sudah mulai membanjiri dunia maya dan
beberapa majalah remaja.
Meskipun sibuk, Hyuna masih tak bisa mengalihkan ataupun
melupakan dunia modelingnya. Sesekali dia kabur dari rumah saat Jo shoting di
luar kota, untuk mengikuti beberapa pemotretan dan sesekali Show dadakan-saat
ada yang memanggilnya. Entah mengapa, Hyuna tak bisa sepenuhnya percaya pada
dirinya sendiri, kalau dia akan baik-baik saja tanpa berjalan di atas catwalk.
Hyuna
melirik jadwal Jo dimeja kerja Jo. Dilihatnya hari ini Jo akan pulang pagi. Hyuna
tertawa dalam hati. Karena sangat bertepatan. Hari ini juga dia dipanggil untuk
tampil sebagai model utama di acara launching butik teman baiknya Onnie. Dia
dihubungi langsung oleh Onnie. Tanpa berpikir panjang, Hyuna menelepon 1 armada
taxi untuk datang menjemputnya.
Tapi saat belum berangkat, Hyuna tak sengaja melihat laptop
Jo yang masih menyala dan sudah hampir low, terletak begitu saja diatas tempat
tidurnya.
Penasaran Hyuna mulai muncul, dicargernya laptop itu sambil
membukanya. Hyuna tau password Jo. Begitupun Jo yang tau password laptop milik
Hyuna.
Begitu
dibuka, muncul walpeper gambar Hyuna dan Jo saat bersepeda di jalanan pertanian
Paman Ong, paman Jo. Saat itu keponakan Jo yang menggambil gambar mereka.
Waktu itu Hyuna masih terlihat seperti anak kecil yang
sangat bahagia. Tawanya masih tulus sama seperti sekarang. Hyuna sempat
terpukau dengan gambar itu, sebelum kemudian ia membuka beberapa icon yang
berjudul ‘action!’
Didalam
file itu ada beberapa liputan adegan film yang disutradarai Jo. Sempat terlihat
olehnya seorang model perempuan cantik yang tak asing lagi baginya. Shilva!
Batinnya. Hyuna hampir saja membalikkan laptop itu sesaat setelah tau siapa
yang dilihatnya itu.
Ya! Tidak salah lagi! Itu Shilva, sepupunya Hyuna. Yang
pernah mencelakai Hyuna saat berusia 7 tahun. Saat itu dia ingin membunuh
Hyuna, karna Hyuna merebut semua perhatian keluarga Shilva. Termasuk juga kedua
orang tua angkat Shilva. Mereka sangat menyayangi Hyuna.
Dan yang paling parahnya, Shilva juga yang membantu ayah
angkat Hyuna untuk menenggelamkan dia. Saat itu Hyuna tak bisa berenang. Sama
sekali tidak bisa. Tapi untung saat itu ada Jo yang tak sengaja lewat ditepi
pantai. Melihat Hyuna yang hanyut terbawa arus, Jo langsung membawanya kerumah sakit dan
sampai sekarang menjaga Hyuna.
Tapi, melihat Shilva ada di filmnya Jo. Hyuna tak kuasa
lagi. Rasanya dia ingin membunuh Shilva. Karna dia tau. Saat ada Shilva, semua
kepunyaannya akan direbut.
Hyuna
mencoba mengalihkan perhatiannya dengan membuka adegan yang lain. Tetapi semakin
dibukanya, semakin banyak gambar Shilva yang membuatnya makin takut sesuatu
akan terjadi.
Adegan terakhir yang dibukanya begitu aneh. Suasananya tidak
seperti saat shoting. Sepertinya kameranya masih menyala tanpa ada yang tau.
Disana dilihatnya Shilva berjalan kearah kamera, yang
mungkin tempat Jo berada.
“Hai
Pak Sutradara..” sapa Shilva dengan nada manja. Betul saja sutradara yang
dimaksudnya adalah Jo. Tapi Jo tak menjawab apapun. Sepertinya dia mengabaikan
Shilva. Senyum tipis muncul diwajah Hyuna.
“Mr. J,
kuharap kau jangan terlalu acuh. Karena lama-kelamaan kau akan bertekuk lutut
padaku.” Suara Shilva terdengar mengancam. Tapi badannya tidak terlihat lagi di
kamera.
“Apa
maksudmu?” Jo mulai buka suara.
“Tak
ada. Kau pikir saja sendiri. Lihat siapa yang sedang tertawa riang bersamamu
itu. Apa kau mengenalnya? Lebih dari kau, aku tau siapa dia. Dan jangan harap
kau bisa lepas dariku. Mungkin aku tidak kenal kau, tapi aku bisa membuatmu
menyesali penolakanmu kemarin dan mungkin mengubahnya secepat mungkin.” Suara
Shilva terdengar semakin menjijikkan ditelinga Hyuna.
“Huh!
Kau tau. Apa yang kau tau bukan urusanku. Dan jangan campuri kehidupanku. Aku
peringatkan kau, jangan campurkan urusan kerjaan dengan pribadi. Kuharap kau
mengerti!” Jo terdengar seperti membentak Shilva.
Hyuna
tak mengerti apa yang terjadi. Setelah percakapan itu, kameranya goyang.
Sepertinya ada yang menggeser kamera itu. Dan lalu, kamera itu mati.
Hyuna terdiam. Masih tak percaya. Apa yang didengarnya belum
bisa dicernanya dengan baik.
‘Tiiit...!’
kelekson terdengar sangat nyaring dari luar. Itu Taxi yang ditelepon Hyuna
tadi. Diabaikan Hyuna semua yang dilihatnya tadi. Lalu dia pergi berangkat.
***
Hyuna
terus memandang kosong keluar jendela. Enatah apa yang dipandanginya, mungkin
bekas-bekas hujan yang masih membasahi jalan.
“Yuna..”
panggil Onnie. Dia tau Hyuna sedari tadi sama sekali tidak menikmati pestanya.
Tapi, siapa yang tak kenal Hyuna. Apapun masalahnya, dia bisa selalu membuat
seolah-olah semuanya baik-baik saja. Senyumnya terlalu manis untuk membutakan
mata yang melihat keterpaksaannya.
“Yunaaa..!” kali ini Onnie menepuk meja tempat Hyuna
merebahkan kepalanya.
“Yaa..”
sahut Hyuna lemah sambil mengangkat kepalanya, menatap Onnie dan lagi dengan
senyum terpaksa itu.
“Yuna,
ada masalah apa? Akhir-akhir ini kau terlihat tidak bersemangat. Apalagi malam
ini. Apa yang terjadi? Apa sesuatu terjadi antara kau dan Mr. J?”
“Hmm..”
Hyuna menghembuskan nafasnya panjang. “Bukan Jo, tapi Shilva.” Jawabnya lesu.
“Apa?!
Gimana bisa?” Onnie terlihat lebih terkejut dari dugaan Hyuna. “Kenapa
perempuan sial itu bisa mendapatimu?” tanyanya lagi.
“Mungkin
dunia ini terlalu sempit untuk dibagi dengnnya. Aku pun bingung, kenapa dia ada
di filmnya Jo.”
“Apa?
Dia juga mengenal Jo-mu?”
“Ya..
aku jadi kawhatir semuanya tidak seperti yang kubayangkan. Kau tau kan?”
“Ya
Yuna.. aku tau betul. Kau tenang saja. Aku akan mengurus semuanya. Akan kucari
tau kenapa dia berbuat sejauh ini dan apa yang dicarinya. Kau tenang saja.”
Hibur Onnie
“Terimakasih
Onnie.” Seulas senyum yang kini benar-benar tulus terlukis indah diwajah Hyuna.
Tak
lama kemudian beberapa gerombolan orang masuk kedalam kafe tempat Hyuna dan
Onnie berbincang dari tadi. Beberapa orang diantaranya dikenal Hyuna. Mereka
adalah rekan kerja Jo, dan selebihnya mungkin orang-orang baru yang belum
sempat dikenal Hyuna, karna sudah lama sekali Jo tidak membawa Hyuna shoting
bersamanya.
Orang-orang itu mengambil tempat tepat dibelakang bangku
Hyuna. Mereka melihat Hyuna tapi mungkin tidak mengenalinya karna penampilan
Hyuna yang serba hitam.
“Yuna,
kau mengenal mereka?” bisik Onnie yang melihat Hyuna begitu memperhatikan
gerak-gerik gerombolan yang sekarang duduk dibelakang mereka/
“Hmm..teman
Jo.” Balasnya dengan bisikan juga.
Beberapa
orang dari gerombolan itu sedang berbincang satu sama lain. Ada sebagian yang
berbincang tentang shoting film yang digarap Jo. Dan percakapan yang memanaskan
kuping Hyuna pun dimulai.
“Eh,
menurutmu berapa lama Mr. J itu tahan bekerja sendiri seperti ini?” kata
seorang pemuda pada temannya. Semua orang dari gerombolan itu terlihat begitu
serius saat nama ‘Mr. J’ dibicarakan.”
“Aku
tidak tau. Mungkin tidak lama lagi.”kata seorang yang usianya hampir kepala 4.
Dia Sehn, sang kameramen.
“Kalau aku, sudah kuterima saja tawaran Shilva. Selain
manfaatnya promo film
kita sudah terjamin, hmm..kalian taulah berikutnya. Hahahaa..” serentak mereka
tertawa dan saing pandang satu sama lain.
“Maksudmu
kita nikahkan saja mereka itu? Haha..”
“Iya. Aku
setuju. Mr. J yang terlalu dingin itu memang pantasnyadengan Shilva yang ramah
dan ‘wah’ itu. Hahaha..”
Amarah
Hyuna sudah meledak-ledak didalam hatinya. Ingin dibalikkannya saja meja yang
ada didepannya mendengar percakapan orang-orang itu.
“Ayo
pergi dari sini.” Ajak Onnie, yang sama tak tahannya melihat raut marah
sahabatnya itu.
“Tunggu.”
Dilepaskan Hyuna genggaman tangan
Onnie.Onnie yang sudah berdiri pun duduk kembali.
“Ah..dengar-dengar
mereka itu sudah pernah..” seorang terdengar berbisik pada teman disebelahnya
yang tepat dibelakang Hyuna.
“Apa
kau bilang?!” seoarang temannya tak terima dengan pernyataan temannya tadi.
“Iya..
itu benar. Aku pernah melihat Mr. J keluar dari apartemen Shilva. Mereka sering
lagi pulang bersama. Bahkan hampir setiap shoting, Shilva diantar
pulang keapartemennya.” Kali ini Sehn yang bersaksi pada satu
gerombolan itu dan membuat mereka tercengang tak percaya.
‘Sial’.
Batin Hyuna. Kali ini Hyuna sendiri yang membanting mejanya sambil berdiri.
Seisi kafe melihatnya dengan pandangan heran. Dengan cepat Hyuna meninggalkan
kafe dan memanggil taxi lalu menaikinya tanpa mempedulikan Onnie yang dari tadi
memanggilinya.
Lagi-lagi
Hyuna melempar pandangannya keluar jendela. Sepanjang jalan yang dilihatnya
hanyalah sisa-sisa hujan yang masih membasahi jalanan. Dia berharap hujan turun
dengan lebatnya sehingga mengalahkan ketakutannya akan Shilva.
***
Langkahnya
masih lemah. Masih terbayang dipikirannya apa yang mungkin sudah dilakukan Jo
dan Shilva. Kali ini Hyuna meragukan Jo. Karna dia tau siapa Shilva.
“Darimana?” tanya Jo yang sudah lama duduk
menunggu di ruang tamu.
“Ah.. kau sudah pulang?” Hyuna
malah balik bertanya. Dia heran melihat Jo pulang secepat itu.
“Jangan alihkan pembicaraan.
Dari mana saja?” tatap Jo sinis.
Hyuna
membatin. ‘Inikah Jo yang selama ini kukenal? Bicara dengan tatapan seperti
itu?’. Mata Hyuna melihat sekelilingnya. Bukan tidak menghiraukan Jo, tapi… air
mata itu hampir jatuh membasahi pipinya. Dia mulai takut. Satu per satu hal
buruk yang paling ditakutinya mulai terjadi.
“Hyuna..” Jo berdiri, kawhatir
dia melihat Hyuna. “Kau tidak apa-apa?” nada suaranya yang terdengar kawhatir
itupun tak bisa menahan air mata Hyuna untuk tak jatuh. “Hyuna kau menangis?”
Jo terdengar semakin kawhatir. “Ah..Hyuna aku hanya ber..”
“Sudahlah. Tak perlu jelaskan
apapun. Hyuna memang salah. Maaf membuatmu kawhatir atau lebih dari itu.
Kupikir mulai sekarang kakak tak perlu kawhatir lagi denganku, aku sudah
dewasa.” Hyuna menyela Jo, sebelum sempat Jo menjelaskan kalau dia hanya
bercanda dan berlalu pergi.
“Ah…” Jo mengejar Hyuna yang
berlari cepat keatas. Sebelum sempat mengunci kamar, tangan Hyuna ditarik oleh
Jo dan Jo menggendongnya turun kebawah, meski sedikit sulit karna Hyuna
melawan.
“Ini.” Kata Jo saat sampai
didepan meja makan dan mendudukkan Hyuna di kursi.
“Aku
menyiapkan ini semua. Aku gak tau mau ngasinya gimana, cara biasa rasanya
bosan. Jadi aku coba becandain Hyuna, tapi emang dasar gak bisa becanda..
Hyunanya jadi salah paham .” Jelass Jo panjang lebar sambil tersenyum bodoh.
“Aaaa..” Hyuna makin nangis
menjadi-jadi. Bukan karna sedih, tapi karna malu, dan terharu.
“Ah..Hyuna udah ya nangisnya.
Aku lapar, makan aja ya, baru kalau mau nangis, nanti aja lanjutnya.” Canda Jo.
Mereka pun
menyantap dinner romantic mereka. Tanpa beban tentunya.
Hati Hyuna kini
tenang. Setidaknya untuk saat ini.
***
“Iya Hyuna. 15 menit lagi aku
sampai. Ya..dah.” Onnie menutup teleponnya. Dia akan membuka pintu mobilnya
saat sebuah pemandangan tak menyenangkan membuatnya terpaku untuk sejenak.
Shilva dan Jo. Mereka berjalan
berdua. Kelihatannya mesra. Shilva menyandarkan kepalanya dibahu Jo sambil
merangkul leher Jo. Dan yang paling menjijikkannya lagi, Shilva berhenti dan
mencium bibir Jo dengan sangat bernafsu. Dan apa? Jo hanya diam. Lalu mereka
masuk ke dalam apartemen dan hilang dibalik pintu kayi itu.
Onnie masih diam. Dia tak tau
yang dilihatnya tadi apa. Bukan tak tau, tak percaya tepatnya. Ditamparnya
pipinya, dan ‘sakit’. Dia berjalan keparkiran di depan apartemen itu. Dan
terang saja Onnie makin sulit percaya, saat melihat plat nomor mobil silver
yang tadi dinaiki Jo dan Shilva. ‘Mobil Jo’ gumamnya.
“Hyunaaa….” Onnie
memanggil-manggil dari luar sambil terus mengetoki pintu Hyuna.
“Aaa… jangan teriak-teriak
disini. Ada apa sih? Masuk dulu.” Hyuna yang keluar terlihat heran akan tingkah
Onnie sahabatnya itu.
“Hyuna.. ka-amu passti gaak akan
per-ca-ya ka-kalau aku cer-ertain ini.” Buka Onnie dengan nafas yang masih
memburu.
“Pelan aja ya.. tarik nafas..
buang. Tarik..buang..” canda Hyuna tapi malah diikuti Onnie.
“Ah..serius. Ini tentang Jo.”
Onnie mulai terlihat serius.
“Ah, apa sih? Serus banget.”
Hyuna tertawa kecil sambil mencoba menghilangkan ketegangan. Hyuna seakan sudah
tau apa yang akan dibicarakan Onnie.
“Tadi aku lihat Jo dan..” Onnie
menahan nafasnya sejenak. “Jo dan Shilva.” Sekali lagi, ditahan Onnie nafasnya,
lalu kemudian kembali bercerita. “aku tadi lihat, Shilva berangkulan dengan Jo.
Mereka mesra sekali, dan Shilva menciumi Jo. Lalu mereka menghilang, masuk ke
dalam apartemen.” Jelas Onnie.
Hyuna hanya diam. Terpaku atau
apalah. Tampangnya tak terkejut sama sekali, seakan tau ini semua akan terjadi.
Tapi mungkin tak sejauh ini.
“Oh. Jadi Onnie ke sini hanya
mau bilang itu ke Hyuna?”
“Ha?” Onnie heran melihat
sahabatnya itu. Tak ada ekspresi apapun. Mungkin bukan heran dia, tapi lebih ke
takut. Takut, kalau berita yang dibawanya membuat sahabatnya gila dalam
sekejap.
“Ya. Pulanglah kalau sudah
selesai. Mungkin Onnie perlu refreshing. Santailah. Jangan terlalu serius
dengan hubunganku dan Jo. Hyuna tau, akhir-akhir ini kami jarang berkomunikasi,
tapi bukan berarti Jo.. Ah.. aku percaya sepenuhnya pada Jo-ku.” Hyuna
berbalik. Entah apa yang mau dihindarinya sampai berbicarapun tak melihat Onnie
lagi.
“Apa maksudmu Hyuna? Apa kamu
mau bilang kalau aku ini pembohong?” Onnie tak percaya kata-kata yang baru
keluar dari mulut Hyuna, sahabatnya itu.
“Aku tidak mengatakan seperti
itu. Onnie saja yang terlalu cepat menyimpulkan. Tidak usah terlalu kawhatir
dengan hubunganku. Aku hanya bilang itu.”
“Jadi apa maksudmu? Sama saja
kan? Bagaimana aku gak cemas Hyuna. Bahkan sampai sahabatmu sendiri yang
melihat mereka, kau tetap gak percaya? Apa Hyuna piker aku tega membohongimu?
Demi apa Hyuna?!” nada suara Onnie mulai meninggi.
Hyuna yang membelakangi Onnie
mulai meneteskan air matanya. Dia tau sahabatnya tak mungkin menipunya. Tapi
dia lebih memelih untuk tidak percaya pada orang yang membuat kepercayaannya
pada Jo luntur. Dia ingin selalu percaya pada Jo. Tanpa tau untuk apa? Dan
walaupun hatinya sendiri ragu. Dia ingin terus percaya tanpa menghiraukan
siapapun, termasuk Onnie, sahabatnya.
“Onnie. Pulanglah. Kamu sudah
selesai kan? Hyuna gak ingin diganggu.”
“Oh. Hyuna, aku gak pernah mau memisahkan
Hyuna dari Jo. Tapi, Onnie Cuma ingin Hyuna bahagia dengan pilihan yang tepat
tentunya. Dan satu lagi, Onnie ke sini bukan untuk ngabarin ini. Tapi..” Onnie
berhenti sejenak. Dia mulai ragu, tapi lalu tersenyum tipis dan berpura-pura
bahagia. “Onnie dapat job di Amrik. Setidaknya, sebelum Onnie pergi, Onnie mau
lihat Hyuna tersenyum. Tapi mungkin kita sampai disini saja. Hyuna udah bukan
Hyuna yang dulu lagi. Bye, Hyuna. Take care.” Onnie pergi.
Hyuna meringkukkan badannya di
lantai, bersandar kaku pada kaki sofa. Perlahan, hayalnya mulai muncul satu per
satu. Apa yang akan terjadi? Dia tidak tau. Perlahan..ya perlahan. Satu per
satu dari hidupnya mulai pergi. Pergi atau dirampaskah?
To
be Continue....